Perkembangan musik folk di Idonesia sendiri sangat menunjukan progress yang baik, dari instrumen musik yang melibatkan alat musik tradisional hingga antusiasme dari para penggemarnya. Sebut saja pentolan musik folk Indonesia Gordon Tobing, Franky Sahilatua, Iwan Fals (era 80’-90’an), Ebiet G. Ade, Guruh Gipsy hingga Vicky Sianipar, Discus, Navicula, Ubiet dan yang lainnya. Pada era sekarang ini Folk Music di Indonesia menjadi lebih berwarna. Mereka adalah Payung Teduh dengan warna Keroncong Folk, Autette And The Poldska Seeking Carnivals dengan Western Folk Carnival, kemudian ada Float, Dialog Dini Hari, Endah n Rhesa, Stars and Rabbit, Silampukau, Banda Neira, dan Afternoon Talk dengan nuansa tropical, dan masih banyak lagi.

Inilah  ke-unikan musik Folk:

Musik folk adalah musik etnik, musik yang mencerminkan kreatifitas dan kearifan lokal masyarakatnya. Musik folk begitu akrab sekali di telinga. Terkadang nadanya pun tidak bisa diduga.

Musik ini tidak terikat dan bebas dalam mengekspresikan corak musik, tidak jarang juga musisi-musisi folk menggabungkan beberapa musik etnik yang berbeda dalam satu lagu.

Tidak ada di buku lagu, CD bahkan iTunes. Musik ini dulunya hanya diingat-ingat, tetapi dengan perkembangan teknologi, musik folk kini bisa di cari di aplikasi musik Android atau Appstore.

Lagu-lagu yang di ciptakan pun biasanya menggunakan bahasa sehari-hari. Tetapi butuh ketelitian jika ingin mengerti lagu folk.

Liriknya pun sederhana. Dan biasanya merupakan curhatan kehidupan sehari-hari.

Nah itu tadi  keunikan musik folk yang kini mulai dikenal di Indonesia. Begitulah folk adanya, nuansa dan sensasinya lebih mirip De Javu, begitu akrab namun sulit dikenali. Seperti halnya, folk adalah orang tua yang baru saja diberi nama.(source)