Obat antibiotik adalah obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri penyebab penyakit pada manusia dan hewan seperti salmonella, tuberkulosis, sipilis, dan penyakit lainnya. Obat antibiotik juga diketahui dapat meningkatkan tekanan darah jika seseorang menderita reaksi alergi akut atau kronis terhadap antibiotik tertentu. Benarkah demikian?

Apa benar obat antibiotik memengaruhi tekanan darah?

Reaksi alergi yang disebabkan oleh obat antibiotik ini bisa berupa reaksi ringan sampai reaksi alergi yang parah. Reaksi alergi yang parah kadang mengancam nyawa. Gejalanya meliputi tenggorokan bengkak, kesulitan bernapas, dan penurunan tekanan darah.

Sedangkan minum antibiotik dan obat tekanan darah secara bersamaan bisa membuat tekanan darah menurun drastis dan menyebabkan syok pada pasien berusia lanjut.

 

Dalam sebuah penelitian, para peneliti menemukan bahwa orang lanjut usia (lansia) yang mengonsumsi calcium-channel blockers (kelas obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi) yang juga mengonsumsi antibiotik macrolide, erythromycin, atau clarithromycin lebih berisiko dirawat di rumah sakit karena hipotensi atau tekanan darah sangat rendah.

Clarithromycin dan erythromycin dapat berinteraksi dengan calcium-channel blockers. Obat ini menghambat sitokrom P450 isoenzim 3A4. Namun sayangnya, mekanisme dan penyebab interaksi ini belum dipahami dengan jelas.

 

Sebuah studi juga menunjukkan jika anda mengonsumsi jenis pengobatan tekanan darah tinggi yang paling umum, anda tidak boleh diresepkan berbarengan dengan beberapa jenis antibiotik tertentu. Studi ini menunjukkan bahwa kombinasinya dapat mengakibatkan cedera ginjal yang jarang tapi akibatnya serius.

Cedera ginjal akut, tekanan darah rendah yang sangat berbahaya, dan kematian dapat terjadi pada orang yang mengonsumsinya secara bersamaan. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang minum clarithromycin dan calcium channel blocker secara bersamaan dua kali lebih berisiko terhadap efek samping di atas dalam waktu 30 hari sejak mengonsumsi antibiotik tersebut.

 

Meskipun peningkatan risiko tergolong kecil, dampaknya tidak bisa disepelekan. Sebuah studi pada awal tahun ini juga menunjukkan bahwa clarithromycin dan erythromycin juga berinteraksi dengan cara yang sama dengan obat statin, yaitu obat penurun kolesterol.

Namun, efek samping obat antibiotik yang berkaitan dengan tekanan darah berbeda pada setiap orang. Pasalnya, obat dari jenis apa pun memang akan menurunkan atau meningkatkan tekanan darah.

 

Jika anda memiliki tekanan darah tinggi, anda perlu berhati-hati dengan penggunaan antibiotik karena dapat menjadi efek samping yang serius. Ketika antibiotik dikonsumsi oleh pasien dengan tekanan darah tinggi, risiko serangan jantung akan meningkat.

Konsultasikan dulu pada dokter mengenai obat apa pun yang anda konsumsi untuk lebih jelasnya. Jangan lupa, bila anda punya hipertensi dan suatu saat anda periksa ke dokter umum karena penyakit flu, misalnya, beri tahu dokter bahwa anda memang rutin minum obat tekanan darah tinggi. Dokter mungkin akan menggunakan jenis antibiotik lain atau menyesuaikan dosisnya.

 

(hellosehat.com)